Lalu saya memandang negeri saya sendiri. Agak ironis memang melihat pulau kita yang beratus-ratus kali lebih besar namun minim lokasi pariwisata promosi pariwisatanya.
Saya ingat, ada satu hal yang bikin saya trauma pergi ke Kebun Binatang Ragunan, Polar Bear diletakkan di kandang yang kering. Sama seperti beruang biasa. Bukan di tempat yang dingin, yang seharusnya dia berada. Dan terakhir kali saya ke sana, sekitar bulan lalu bersama adik saya, merasa terhibur dengan kolam indah di pintu utama yang penuh dengan pelikan dan angsa hitam namun tetap, berjalan beberapa meter, saya merasa itu adalah Kebun Sampah. Dan panas. PANAS. Menurut saya salah satu hal yang penting adalah kenyamanan. Baik para binatang juga para pengunjung.
“Wong manusia aja pada keteteran, ini lagi meduliin binatang!”
Pelik, memang. Satu masalah berkaitan dengan masalah sebelumnya. Saya tak bisa berkata bahwa binatang lebih penting daripada manusia, tapi jujur saja saya lebih peduli nasib binatang di Kebun Binatang. Karena di tengah kungkungan itu, mereka ya tak dapat ngurusin diri sendiri toh ya? Dan binatang nggak complain.
Enough animals, mari kembali ke persoalan Singapore-Indonesia.
Saya pernah bertanya-tanya, kenapa mereka lebih maju? Wong negara kecil abis kok.
Karena mereka mau maju, itu sih kesimpulan saya. Karena kekayaan alam sedikit, bahkan bisa dibilang tak ada. Budaya, campur sari. Lalu apa yang mereka lakukan untuk tetap bertahan? Ya dengan melakukan sesuatu.
Sesuatu yang tidak Indonesia lakukan.
Atau belum terpikirkan?
;)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar